Selasa, 03 Agustus 2010

Larilah kepada Kasih Sayang Alah

“Katakanlah Wahai hamba-hamba-Ku, yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa, jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, sungguh Allah Maha Mengampuni semua dosa, dan sungguh Allah Maha pengampun dan berkasih sayang.” (QS. Az-Zumar: 53)

Limpahan puji ke hadirat Allah Maha Raja Tunggal dan Abadi, Maha Melimpahkan keindahan Dzat-Nya, yang merupakan isyarat dengan penciptaan alam semesta, merupakan lambang yang menyeru hamba-Nya untuk mendekat kepada keridhaan, kepada pengampunan, kepada kesucian, kepada keluhuran, kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, dari yang Maha Tunggal Menguasai kerajaan dunia dan akhirat. Allah Maha penguasa dan Maha menguasai setiap kejadian, Maha Menawarkan kedekatan dan Cinta-Nya kepada hamba-hamba-Nya, dan Maha Menghibur hamba agar jangan risau dan jangan putus asa dari Rahmat-Nya, Dialah Allah, Yang telah menyeru para pendosa dengan Firman-Nya:
“Katakanlah Wahai hamba-hamba-Ku, yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa, jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, sungguh Allah Maha Mengampuni semua dosa, dan sungguh Allah Maha pengampun dan berkasih sayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Al-Imam Qadhi Iyad di dalam kitabnya Asy-Syifa’, menukilkan riwayat bahwa ayat ini adalah ketika sang pembunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu pamannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Wahsyi, seorang budak yang memang sengaja membunuh Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib radhiyallahu’anhum di dalam perang Uhud, di saat perang Uhud itu Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib di tombak dari kejauhan dari belakang tubuhnya hingga wafat dan Wahsyi tidak cukup hanya dengan itu, Wahsyi membelah dada Sayyidina Hamzah, mengeluarkan jantungnya, memotong hidung dan telinga dan bibir dan mencungkil kedua matanya lantas di bawakan kepada Hindun.
Inilah dosa Wahsyi, orang yang telah membunuh paman dari Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mengeluarkan jantungnya dari dadanya, jenazah itu di robek dan di keluarkan jantungnya, dicungkil kedua mata, bibir, hidung dan kedua telinganya dan dibawakan untuk tuannya.
Lalu di saat itu, disaat Fatah Makkah, Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke Makkah dengan 100 ribu muslimin muslimat, Wahsyi melarikan diri, ia menjauhkan diri sampai ke pantai, istrinya datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasul, suamiku mempunyai dosa yang sangat besar, kalau ia masuk Islam dan bertaubat, apakah suamiku di ampuni?” Maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Allah memaafkan semua yang terdahulu jika orang mau bertaubat, masuk Islam, taubat, sudah tidak ada lagi dosa.”
Maka Istrinya pun menemui Suaminya di pantai, berkata Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, “Allah akan mengampuni semua yang lalu kalau kau mau bertaubat dan masuk Islam.”
Wahsyi berkata pada Istrinya, “Kamu tahu bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam tahu bahwa kamu istri saya?” Maka berkata istrinya, “Tidak aku sampaikan.” Wahsyi berkata, “Katakan dulu, mustahil aku diampuni.”
Maka Istrinya balik lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Ya Rasulullah, apakah betul semua dosa akan di ampuni? Suamiku ketakutan.”
Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Sudah kusampaikan beberapa waktu yang lalu, Allah memaafkan apa-apa yang terdahulu.” Maka Istrinya berkata, “Ya Rasulullah, suamiku adalah Wahsyi yang telah membunuh pamanmu, merobek dadanya, mengeluarkan jantungnya, mencungkil kedua matanya, dan memotong bibir, hidung dan kedua telinganya.”
Berubah wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau terdiam dan tidak menjawab, menunduk. Turunlah ayat, “Katakan (wahai Muhammad bahwa Allah berfirman:) ‘Wahai hamba-hambaku yang telah melampaui batas dalam berbuat dosa, jangan berputus asa dari kasih sayang Allah, Allah mengampuni semua dosa.’”
Rasul menyampaikannya kepada para Shahabat dan kepada istri Wahsyi. Istri Wahsyi menyampaikan kepada suaminya. Datanglah Wahsyi masuk Islam. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kau Wahsyi yang telah membunuh pamanku Hamzah bin Abdul Muthallib?” Wahsyi menjawab, “Betul wahai Rasul, aku telah berbuat ini dan itu.”
Rasul bersabda, “Kumaafkan kesalahanmu. Namun satu hal, jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapanku setelah ini.”
Wahsyi bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah, bukankah kau sudah memaafkan aku?” Rasul menjawab, “Aku sudah memaafkanmu. Tetapi jika aku melihat wajahmu, aku terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yang rusak dihancurkan olehmu saat itu. Aku teringat wajah Hamzah. Maka jangan muncul di hadapanku lagi.”
Wahsyi kemudian terus kecewa di dalam hatinya sampai munculnya Musailamah Al Kaddzab, musuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata, “Nah, ini tombak yang kugunakan untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthallib. Akan kugunakan juga untuk membunuh Musailamah Al Kadzab. Barangkali sedikit bisa menebus dari pada kesalahanku yang lalu.”
Kita lihat Sang Maha Lembut Rabbul ’alamin berbuat kepada orang yang demikian, Wahsyi, Allah menjawab keputus asaannya dengan kasih sayang Allah yang berkata pada istrinya “mustahil aku diampuni karena aku sudah berbuat dosa yang sangat besar, membunuh pamannya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam” namun justru Allah memanggilnya untuk kembali kepada cintanya, “Jangan putus asa dari kasih sayang Allah.”
Kenalilah Tuhanmu yang Maha Lembut dan Maha Berkasih-sayang, tiada yang lebih lembut dari-Nya, tiada yang lebih santun dari-Nya, Tiada yang lebih menerima dari-Nya, tiada yang lebih mengerti dan memahami keadaan kita kecuali Allah Yang Mencipta kita dari tiada, Yang Mengetahui setiap Detik hari-hari kita yang lalu dan yang akan datang, yang memberi kita dengan pemberian yang tidak bisa diberi oleh makhluk satu sama lain, yang paling berkasih sayang lebih dari semua yang mencintai kita. Dialah Allah, yang telah mengutus hamba yang paling dicintai-Nya, yang mempunyai sifat yang sangat lemah lembut, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Shahibul Akhlak Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Shahibul Isro’ Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Shahibul Mi’raj Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Pemimpin kita dan idola kita yang berlemah lembut dan tiada manusia yang lebih lembut dari Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Sungguh engkau mempunyai akhlak yang agung.” (QS. Nun: 4)
“Telah datang kepada kalian utusan dari bangsa kalian, berlemah lembut dan sangat peduli atas musibah yang menimpa kalian dan sangat berlemah lembut kepada hamba-hamba Allah yang beriman.” (QS Attaubah: 128)
Dialah Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang paling mencintai kita dari semua orang yang cinta pada kita, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar