|
METODE DISKUSI DAN DEBAT PARA NABI
Sejarah para nabi menunjukkan bahwa mereka memulai
program reformasi dengan mengundang para anggota
keluarga mereka kepada jalan yang benar, kemudian
mereka memperluas dakwah itu kepada orang lain. Ini
pulalah yang dilakukan Nabi Muhammad segera setelah
beliau ditunjuk sebagai nabi. Pertama-tama beliau
mengajak kaumnya sendiri kepada Islam, dan meletakkan
fundasi dakwahnya pada reformasi mereka, sesuai dengan
perintah Allah, "Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS, asy-Syu'ara',
26:2l3)
Ibrahim juga mengambil metode yang sama. Mula-mula
beliau berusaha mereformasi kaum kerabatnya. Azar
menduduki posisi yang sangat tinggi di kalangan
familinya, karena, selain terpelajar dan seorang
seniman, ia juga ahli astrologi. Di istana Namrud,
kata-katanya sangat berpengaruh, dan
kesimpulan-kesimpulan astrologinya diterima semua
penghuni istana.
Ibrahim sadar bahwa apabila ia herhasil meraih Azar ke
pihaknya maka ia akan merebut benteng terkuat dari para
penyembah berhala. Oleh karena itu, ia menasihatinya
dengan cara sebaik mungkin supaya tidak mcnyembah
benda-benda mati. Tetapi, karena beberapa alasan, Azar
tidak menerima ajakan dan nasihat Ibrahim. Namun,
sejauh berhubungan dengan kita, hal terpenting dalam
episode ini ialah metode dakwah dan bentuk percakapan
Ibrahim dengan Azar. Lewat kajian mendalam dan cermat
terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang merekam percakapan
ini, metode argumen dan dakwah yang ditempuh para nabi
itu menjadi amat sangat jelas. Marilah kita lihat
bagaimana Ibrahim mengajak Azar kepada jalan yang
benar:
"Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, 'Wahai
ayahku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak
mendengar; tidak melihat, dan tidak menolong kamu
sedikitpun. Wahai ayahku, sesungguhnya telah datang
kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang
kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku,
janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai
ayahku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan
ditimpa azab dan Tuhan Yang Maha Pemurah, sehingga
jadilah kamu kawan syaitan.'" (QS, Maryam, 19:42-45)
Sebagai jawaban atas ajakan Ibrahim, Azar berkata,
"Beranikah engkau menyangkal tuhan-tuhanku, hai
Ibrahim? Bertobatlah dari ketololan itu! Kalau tidak,
engkau akan dirajam sampai mati. Keluarlah segera dari
rumahku!"
Ibrahim yang murah hati menerima kata-kata kasar Azar
ini dengan ketenangan sempurna seraya menjawab, "Salam
atasmu. Aku akan memohon kepada Tuhanku untuk
mengampunimu." |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar