Jumat, 27 Agustus 2010



METODE DISKUSI DAN DEBAT PARA NABI
 
Sejarah  para  nabi  menunjukkan  bahwa  mereka memulai
program  reformasi  dengan  mengundang   para   anggota
keluarga  mereka  kepada  jalan  yang  benar,  kemudian
mereka memperluas dakwah itu  kepada  orang  lain.  Ini
pulalah  yang  dilakukan  Nabi  Muhammad segera setelah
beliau  ditunjuk  sebagai  nabi.  Pertama-tama   beliau
mengajak  kaumnya  sendiri kepada Islam, dan meletakkan
fundasi dakwahnya pada reformasi mereka, sesuai  dengan
perintah   Allah,   "Dan   berilah   peringatan  kepada
kerabat-kerabatmu yang  terdekat."  (QS,  asy-Syu'ara',
26:2l3)
 
Ibrahim  juga  mengambil  metode  yang  sama. Mula-mula
beliau  berusaha  mereformasi  kaum  kerabatnya.   Azar
menduduki   posisi   yang  sangat  tinggi  di  kalangan
familinya,  karena,  selain  terpelajar   dan   seorang
seniman,  ia  juga  ahli  astrologi.  Di istana Namrud,
kata-katanya       sangat       berpengaruh,        dan
kesimpulan-kesimpulan   astrologinya   diterima   semua
penghuni istana.
 
Ibrahim sadar bahwa apabila ia herhasil meraih Azar  ke
pihaknya maka ia akan merebut benteng terkuat dari para
penyembah berhala. Oleh karena  itu,  ia  menasihatinya
dengan  cara  sebaik  mungkin  supaya  tidak  mcnyembah
benda-benda mati. Tetapi, karena beberapa alasan,  Azar
tidak  menerima  ajakan  dan  nasihat  Ibrahim.  Namun,
sejauh berhubungan dengan kita,  hal  terpenting  dalam
episode  ini  ialah metode dakwah dan bentuk percakapan
Ibrahim dengan Azar. Lewat kajian mendalam  dan  cermat
terhadap  ayat-ayat  Al-Qur'an  yang merekam percakapan
ini, metode argumen dan dakwah yang ditempuh para  nabi
itu  menjadi  amat  sangat  jelas.  Marilah  kita lihat
bagaimana  Ibrahim  mengajak  Azar  kepada  jalan  yang
benar:
 
"Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, 'Wahai
ayahku,  mengapa  kamu  menyembah  sesuatu  yang  tidak
mendengar;  tidak  melihat,  dan  tidak  menolong  kamu
sedikitpun. Wahai  ayahku,  sesungguhnya  telah  datang
kepadaku  sebagian  ilmu  pengetahuan yang tidak datang
kepadamu,  maka  ikutilah   aku,   niscaya   aku   akan
menunjukkan  kepadamu  jalan  yang lurus. Wahai ayahku,
janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya  syaitan
itu  durhaka  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Pemurah. Wahai
ayahku,  sesungguhnya  aku  khawatir  bahwa  kamu  akan
ditimpa  azab  dan  Tuhan  Yang  Maha Pemurah, sehingga
jadilah kamu kawan syaitan.'" (QS, Maryam, 19:42-45)
 
Sebagai jawaban  atas  ajakan  Ibrahim,  Azar  berkata,
"Beranikah   engkau   menyangkal   tuhan-tuhanku,   hai
Ibrahim? Bertobatlah dari ketololan itu!  Kalau  tidak,
engkau  akan dirajam sampai mati. Keluarlah segera dari
rumahku!"
 
Ibrahim yang murah hati menerima kata-kata  kasar  Azar
ini  dengan ketenangan sempurna seraya menjawab, "Salam
atasmu.  Aku  akan   memohon   kepada   Tuhanku   untuk
mengampunimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar